Selasa, 29 April 2014

Ketika Teknologi berbanding terbalik dengan kualitas SDM



            Dewasa ini perkembangan teknologi dan perkembangan informasi bergerak senada. Kita berada pada era modern dimana teknologi menjadi poros utama suatu kehiduapan dan informasi. Saya dapat mengatakan seperti itu karena saya melihat dimana manusia sekarang bisa dikatakan addicted bahkan dengan berlebihannya dikatakan “tidak dapat hidup tanpa handphone ataupun gadget yang lain”. Ketergantungan ini datang dari perasaan terlalu puas karena kebutuhannya telah terpenuhi , dalam komunikasi dapat disangkutkan dengan teori kegunaan dan gratifikasi atau uses and gratification theory dimana pengguna atau audiens dianggap aktif untuk memilih media maupun informasi untuk memenuhi kebutuhan dan memperoleh kepuasan.
            Teknologi yang berkembang memunculkan internet sebagai saluran menuju dunia baru yang mengakibatkan ilmu komunikasi meluaskan kajiannya yaitu yang sering disebut media baru atau new media. New media menjadi primadona saat ini khususnya remaja , dengan menggunakan gadget yang terhubung dengan internet , maka semua mudah untuk didapatkan. Tidak hanya informasi yang dapat diakses melalui portal media seperti detik.com  sehingga berita dapat dengan mudah terupdate dan disebar luaskan , tetapi juga dengan munculnya banyak jejaring pertemanan  yang memunculkan dunia maya bagi penggunanya.
Jejaring pertemanan yang  sedang booming yaitu facebook, twitter , path , ask.me dan masih banyak lagi. Dimana pengguna dapat muncul sebagai seseorang yang berbeda dengan kepribadiannya, sebagai contoh di dunia nyata ia dikenal sebagai pribadi yang lemah lembut dan pendiam , namun di dunia maya ia dapat berubah menjadi pribadi yang cerewet , suka mengeluh dan agresif. Hal ini dapat dikarenakan saat pengguna berada di dunia maya , ia mendapatkan kenyamanan yang berbeda dibandingkan saat berinteraksi di dunia nyata , mungkin ia canggung ataupun memiliki background pengalaman yang membuatnya tidak dapat mengeluarkan kepribadian aslinya. Jejaring pertemanan dapat dikatakan memiliki banyak manfaat diantaranya dapat memudahkan kita berinteraksi dengan orang lain tanpa mengenal dimensi jarak dan waktu . Namun juga dapat mengakibatkan banyak kerugian dan masalah, seperti terjadinya efek candu untuk terus berada pada dunia ini , sehingga dapat dikatakan ia kehilangan dunia nyatanya dimana ia jadi anti-sosial (ansos), tidak pernah berinteraksi dengan dunia luar ataupun teman-teman di dunia nyata , jarang keluar rumah dan banyak lagi.
            Pada dunia maya pengguna dapat bercerita melalui tweet , wall , status dan lain sebagainya untuk mengekspresikan perasaannya. Hal ini memang dapat memudahkan pengguna yang lain untuk mengetahui perasaan maupun aktifitas yang dilakukan , tetapi dengan “kebebasan berceloteh” dapat berbuntut pada masalah yang berkepanjangan seperti penculikan , drop out dari sekolah bahkan pembunuhan. Hal ini dapat dikarenakan tersinggung atas celotehnya di dunia maya atau karena alasan yang lain seperti pada studi kasus berikut ini.



Studi kasus:
Hermawan Nyaris Tewas karena Status Facebook
Merdeka.com - Warga Kelurahan Limba B, Kota Gorontalo, Hermawan Botutihe, nyaris tewas karena statusnya di media sosialFacebook (FB).

Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Kota Tengah, Kota Gorontalo AKP Sigit Prihanto, Selasa (25/3), mengatakan Hermawan Botutihe dalam statusnya di media sosial tersebut diduga merugikan nama orang lain yakni, YB alias Oyin.

Di 
Facebook, Hermawan menyebut Oyin tidak berguna karena hanya mengandalkan kedua orang tua saja dalam kehidupannya.

"Merasa tersinggung, Oyin mendatangi Hermawan, ingin konfirmasi terkait dengan status tersebut," kata Sigit.

Sigit menambahkan, pertemuan antara Oyin dan Hermawan pun berubah dari adu mulut hingga kemudian terjadilah penikaman oleh salah satu di antara mereka. 

Oyin menikam Hermawan hingga mengalami luka 6 jahitan di pelipis mata dan dua jahitan lagi di bagian punggung.

"Akibat kejadian ini, tersangka atau Oyin kita jerat dengan pasal 35 ayat 2 KUHP, dengan hukuman maksimal 5 tahun," kata Sigit.

            Hal seperti di atas harusnya tidak akan terjadi apabila perkembangan teknologi di imbangi dengan perkembangan SDM , sehingga pengguna dapat mengakses dan menggunakan teknologi yang ada dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Dengan adanya kesadaran untuk bertanggung jawab dari pengguna maka dapat diminimalisir kesalahpahaman , sindiran , bahkan sampai penipuan seperti yang akhir-akhir ini marak terjadi di masyarakat. Gunakanlah teknologi yang ada sesuai dengan kegunaan dan kebutuhannya karena sesuatu yang berlebihan tak akan pernah berakhir baik , seperti terlalu sering check-in path atau curhat di dalam tweetnya.
            Kata candu ini datang dari uses and gratification theory karena audiens yang dianggap aktif dapat memilih media dan informasi yang ingin digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada kasus ini audiens yang aktif adalah pengguna yang memilih menggunakan jejaring pertemanannya untuk memenuhi kebutuhannya , baik informasi maupun aktualisasi diri di tengah pertemanannya karena seringkali apabila tidak memiliki akun jejaring pertemanan maka dianggap tidak gaul atau tidak update. Paradigma ini yang akhirnya mendorong audiens untuk menjadi pengguna dan menjadikan hal ini sebagai kebutuhannya , selayaknya manusia pengguna pasti berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Dari proses pemenuhan kebutuhan pengguna ini yang akhirnya timbullah kepuasan dalam berbagai aspek yang mengakibatkan kebutuhan itu menjadi suatu keharusan dan mengakibatkan efek candu. Dari sini dapat saya simpulkan bahwa seharusnya kita sebagai audiens yang dianggap aktif harus menggunakan haknya untuk benar-benar menjadi “aktif” untuk selektif memilih dan menggunakan media , sehingga diharapkan dapat mengurangi frekuensi candu tadi. Karena masih banyak hal yang dapat kita lakukan pada dunia nyata dibandingkan terikat pada dunia maya , seperti pada namanya “dunia maya” yang artinya semua yang ada pada dunia disitu maya atau tidak nyata , termasuk teman maya.

Sumber:
Merdeka.com